Memasuki usia ke 13 tahun pernikahan begitu banyak kisah yang timbul dan layak untuk diceritakan sebagai kenangan dan pelajaran yang dapat diambil hikmahnya. Jauh sebelum menikah suami sudah wanti-wanti agar aku tidak bekerja dan fokus sama keluarga. Awalnya aku iyakan, tapi dalam hati nanti ketika sudah menikah bisalah kita nego, begitu pikirku.
Sesuai permintaan suami aku tidak bekerja namun aku tetap usaha dirumah dengan berjualan aneka kue. Sebenarnya suami bingung dengan keputusanku ini. Memang benar aku tidak bekerja diluar rumah, usaha dirumah dengan tidak meninggalkan anak-anak. Tapi bukan seperti itu juga maunya.
Suami pingin aku benar-benar fokus sama anak tanpa terdistraksi dengan hal lain meskipun usaha dirumah. Awal-awal kita sering ribut karena hal tersebut. Karena prinsipku aku pingin menghasilkan uang sendiri untuk bisa membeli hal yang aku inginkan. Singkat kata akhir tahun 2018 setelah usia pernikahan kita sudah lima tahun, kita berantam hebat dan aku lari dari rumah pulang ke rumah orang tua di Lhokseumawe.
Pada saat itu sudah ada pikiran buruk dikepala untuk berpisah saja. Namun, ada bisikan dikepala yang mengatakan "balik saja pulang ke Medan toh dia orang baik". Dan setelah merenung akhirnya aku putuskan untuk kembali walaupun tidak dijemput, aku balik sendiri. Pergi tidak diantar pulang tidak dijemput, seperti jelangkung 😁
Balik lagi ke Medan aku memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha tapi memilih untuk mengajar di sekolah swasta untuk anak kelas satu SD, tapi tidak lama hanya satu semester aku berhenti karena ternyata walaupun aku mengajar aku tetap menerima orderan kue, dan ternyata aku lebih senang buat kue karena uangnya lebih banyak.
Singkat cerita tahun Desember 2020 setelah keguguran diakhir tahun 2019 aku melahirkan anak kedua Adik dari M. Ali Siregar yaitu M. Hasan Siregar. Setelah melahirkan anak kedua aku tetap usaha bakery walaupun tidak bisa masif seperti dulu karena sudah agak repot.
Tiga tahun berselang yaitu tahun 2023 ternyata lahir lagi anak ketiga M. Husain Ja'far Siregar. Ditahun ini awal-awal aku tetap usaha, jadi pendamping halal dan juga mengajar baking walaupun anak belum usia satu tahun pada saat itu. Semakin tinggi cita-cita sampai ditahun 2024 aku buat akte notaris Yayasan Auliya Yatimi Ardhi dengan merogoh kocek 4 juta. Dengan yayasan itu awalnya aku akan membuat LKP Baking.
Ternyata oh ternyata, 24 Juni 2024 aku mengalami luapan emosi yang selama ini aku tahan baik dari masa aku kecil, remaja dan bahkan ketika aku hidup dalam pernikahan. Semua kenangan pahit yang tersimpan rapi dalam pikiran bawah sadar yang biasa hanya muncul dalam mimpi pada hari itu muncul ketika aku dalam kesadaran. Aku mengalami halusinasi dan delusi, aku menjerit histeris dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa dan oleh dokter jiwa didiagnosa skizofrenia (F20)
Ternyata begitu banyak pendaman emosi yang belum aku lepaskan menyebabkan aku depresi dan memunculkan gejala skizofrenia yang mungkin sudah ada secara genetik. Dari tanggal 28 Juni 2024 aku melakukan pengobatan rawat jalan atas skizofrenia yang aku derita hingga akhir di tanggal 12 Februari 2025 genap setelah 13 tahun aku tinggal di rumah mertua bersama suami akhir aku dapat melepaskan semua emosi yang ada dalam jiwaku ini.
Kemarahan terhadap orang tua, saudara, mertua, suami dan semua pengalaman pahit yang aku dapatkan selama ini aku terima dengan penuh keikhlasan dan aku sadari bahwa hal tersebut merupakan kisah yang memang ditakdirkan Tuhan untuk mendewasakan diriku. Dalam kejadian tersebut begitu banyak hikmah yang aku dapatkan satu diantaranya aku kembali perhatian dan konsentrasi pada keluarga terutama anak-anak.
Tuhan ingin memberikan aku hikmah yang besar lewat skizofrenia dan aku bersyukur akan hal tersebut. Dan saat ini mulai dari tanggal 1 Februari 2025 aku mulai menulis jurnal atas emosi, perasaan juga pikiran yang ada dan menulis merupakan terapi terbaik buatku selain obat yang diberikan oleh psikiater.
Dan aku akan berusaha mendokumentasikan perasaan, pikiran dan pengalaman yang aku alami ke dalam satu buku yang itu akan aku persembahan untuk anak-anakku khususnya buat si bungsu Husain sebagai hadiah dan kompensasi dari ASI yang hanya 11 bulan saja, tidak seperti abang-abangnya yang dua-duanya ASI selama dua tahun, karena efek obat yang aku minum
13 tahun dalam pernikahan begitu banyak cerita yang dapat dituliskan yang dapat mengaduk-aduk emosi dalam jiwa. Alhamdulillah saat ini aku sudah jauh lebih baik walaupun tetap masih harus mengkonsumsi obat namun cuma satu jenis obat saja dan dengan dosis ¼ tablet saja hingga akhir dinyatakan putus obat dari psikiater