Jumat, 13 Desember 2019

Dream Board

Dream Board





Materi kali ini kami ditugaskan untuk mengimajinasikan sebuah impian kesuksesan yang telah kami tuliskan pada lembar visi misi. Dalam kehidupan kita harus ada keseimbangan antara kerja/usaha dan Refresing, antara keluarga dan sosial, antara pendapatan dan donasi, antara kebutuhan spiritual dan rasional, antara tabungan dan investasi. Semua keseimbangan dituliskan dalam sebuah impian. Saya saya gambarkan saya dapat menjalani ibadah haji dan umroh. Miliki pabrik roti yang beroperasi selama non stop 24 jam.

Memiliki panti asuhan, panti sosial dan lembaga donasi lainnya. Memiliki sebuah rumah yang nyaman untuk keluarga besar, memiliki sebuah mobil yang mendukung mobilitas. Memiliki lembaga pendidikan baik formal dan nonformal. Semua itu dengan jelas tergambarkan dalam papan impian. Dengan menempelkan papan impian tersebut diharapkan gambar-gambar tersebut terekam dan masuk ke alam bawah sadar. Dan diharapkan impian-impian yang telah digambarkan dalam terwujud dalam kehidupan sehari-hari nantinya.

Alhamdulillah sewaktu kuliah semester tiga saya sempat mendapatkan materi ini sewaktu menjadi MC anak baru. Jadi untuk leting 2004 mendapat kesempatan training Motivasi dari TRUSCO yang berpusat di Jakarta pada saat itu. Dan kami yang leting 2003 tidak mendapatkannya. Namun, karena pad saat itu saya kebetulan jadi MC saya minta izin untuk mengikuti training tersebut hingga selesai.

Pada saat itu tahun 2004 saya sudah menuliskan peta mimpi saya. Dan Alhamdulillah banyak yang sudah terealisasikan walau kadang tahunnya meleset. Misalnya target menikah di usia 25 tahun tenyata saya menikah di usia hampir 29 tahun.

Dan saat ditahun 2019 saat usia saya 36 tahun saya kembali lagi mendapatkan chalange untuk membuat dreamboard kembali. Sekitar 15 tahun telah berlalu namun semangat saya tidak luntur. Hanya saja saat ini status saya tidak seperti di tahun 2004 yang bebas tanpa harus memikirkan suami dan anak. Saat ini posisi saya sebagai ibu rumah tangga mimpi saya adalah terikat bersatu bahagia dalam kesatuan yang bernama keluarga.

Kalau dulu saya merasa berjuang sendiri, dan jauh dari keluarga. Saya sering menangis mehanan rindu pada kedua orangtua, kakak, adik dan keluarga besar. Secara saya sejak 2003 merantau ke Banda Aceh dan 2012 ikut suami ke Sumatra Utara. Artinya saya memiki hanya 20 tahun waktu intens dengan keluarga besar. Setelah itu saya meluncur bak anak panah yang tak kembali ke busurnya.

Begitulah ibarat seorang anak yang digambarkan oleh Rasulullah. Dan itu menjadi pelajaran yang beharga bagi saya. Saya tidak mau jauh lagi dari keluarga inti saya yaitu suami dan terutama anak. Karena saya dapat merasakan cepatnya waktu berlalu. Dan saya tidak ingin kehilangan waktu emas bersama mereka.

Oleh karena itu kegiatan usaha saya dan suami yang berbasis dirumah merupakan hal yang sangat saya syukuri. Kami daapt sepanjang waktu dapat menghabiskan waktu bersama. Dan saya bertekad untuk mengembangkan usaha ini agar dapat berjalan dengan sistem yang baik. Yang kelak keberadaan saya bukan merupakan keharusan dalam menjalankan usaha ini.
Sering kita mendengarkan usahanya jalan, pengusaha jalan-jalan.

Tentu hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan yang dapat serta merta kita lakukan. Semua itu membutuhkan proses panjang dan keseriusan dalam mendapatkannya. Semoga Allah menyaksikan perjuangan saya, dan memberikan pertolonganNya terhadap apa-apa yang sudah saya usahakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar