Sabtu, 07 Desember 2019

Profil Personal

Profil Personal 




Setelah para pembaca mengetahui profil usaha tentu diantara para pembaca ada yang penasaran terhadap profil saya secara pribadi. Saya Yulia Safitri, S. Si, biasa dipanggil dengan Lia lahir dan dibesarkan di Lhokseumawe, Aceh. Sejak kecil saya dibesarkan oleh kedua orangtua yang bekerja. Kami hidup dalam keluarga besar yaitu lima bersaudara yang semua merupakan anak perempuan. Kerena keluarga besar, bapak dan ibu bekerja tidak jarang saya tinggal dan ikut bersama nenek saya. 

Nenek saya seorang pedagang mie, pecal, gado-gado dan jajanan malam lainnya. Nenek berjualan mulai dari jam emoat ataunjam lima sore. Kadang nenek menjual semua barang dagangannya hingga pukul jam 11 malam atau jika pembeli sepi bisa sampe jam 12 malam. 

Saya sebagai cucu yang tinggal bersama nenenk sering membantu dan menemani nenek hingga larut malam. Tugas saya adalah mencuci piring. Pengalaman saya bersama nenek sedikit banyak memberi saya ide dalam menjadi seorang pengusaha. Walaupun nenek bukan seorang pengusaha. Nenek adalah seorang pedagang biasa yang tujuan dari usahanya adalah memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Nenek tidak pernah bermimpi untuk memiliki cabang usaha dimana. Nenek juga tidak memiliki izin usaha, nenek juga tidak memiliki buku arus kas dalam mencatat kas masuk dan kas keluar. Nenek mewakili pedagang sebagian besar yang ada di Indonesia. Itulah sebabnya saya bersyukur dapat bergabung di WUBI karena tujuan dari WUBI adalah terwujudnya wirausaha unggulan yang dapat memiliki postioning, differensiasi dan uniqenes dalam membranding usahanya agar dapat dikenal oleh banyak orang. 

Disamping dibesarkan oleh nenek yang seorang pedagang, saya juga dibesarkan oleh seorang ibu yang selain sebagai guru TK. Ibu juga sering sekali jualan aneka kue dan ikut berbagai perlombaan aneka kudapan di hari kemerdekaan 17 agustusan di kota Lhokseumawe. 

Ibu sering membuat kue cake yang untuk dijual, kadang kami kebagian cake jika cakenya gagal atau tidak layak jual. Selain menjual cake, ibu juga sering membuat kue kering untuk lebaran. Dalam satu tahun ibu membuat kue sebanyak dua kali, yaitu untuk lebran idul fitri dan lebaran idul adha. 

Dan sekali buat kue tidak sedikit. 
Kegiatan perbakingan ibu sedikit banyak mempengaruhi alam bawah sadar saya. Ketika suami meminta saya tidak bekerja diluar rumah, otomatis modal perbakingan yang telah lama diwariskan ibu saya gunakan sebagai senjata hidup dalam saya mengisi hari-hari saya selain melakukan tugas-tugas domestik.

 Selain menghilangkan rasa bosan saya juga bisa mengembangkan potensi diri. 
Tentu puzzle-puzzle kehidupan kita akan terbentuk pada akhirnya. Jika ingin dibagi dalam beberapa pase, hidup saya dapat dibagi dalam lima pase kehidupan. Setiap pase kehidupan memiliki cerita tersendiri yang kadang jika kita ingin dapat membuat saya tersenyum, sedih dan tidak jarang membuat hati kecewa. 

Pertama usia 0-10 tahun
Masa dimana saya habiskan dengan banyak bermain. Bersentuhan secara intens dengan keluarga besar baik itu bapak, ibu, kakek, nenek, kakak, adik, tante, om, sepupu-sepupu, para tetangga, teman sekolah. Permainan yang paling sering saya mainkan mainan bongkar pasang, rumah-rumahan, masak-masakan. 

Kenangan yang paling saya ingat dan tidak dapat saya lupakan adalah ketika adik saya terbakar bajunya karena masak-masakan. Pada saat itu saya masih TK atau SD kelas 1,kami main berdua saja disamping rumah. Saya mengingatkan adik saya agar tidak mengacau dan mendekat dengan api untuk masak daun-daunan dengan kerak lilin. 

Namun, ketika saya pergi mencari dedaunan di sekitar rumah, sepulang saya ke rumah saya melihat adik saya Ina udah menangis dan bajunya terbakar. Saya ketakutan dan menangisi karena takut kena marah dengan bapak saya. Sepulang bapak kerja ternyata bapak tidak marah, hanya memegang kepala saya sambil sedikit mengusutkan rambut saya. 

Sampai saat ini bekas terbakar masih ada ditubuh adik saya. Dan saya masih sering meledek adik saya kalau kami berjumpa dan melihat bekas luka bakar tersebut. Hari-hari penuh dengan permainan. Selain itu permainan yang sering juga kami mainkan bola kasti dan sambar elang. 

Diusia ini rumah kami yang berdekatan dengan pinggir pantai menjadikan kami sering main di pinggir pantai. 
Kisah yang tragis adalah ketika kami tenggelam. Sewaktu kanak-kanak saya merupakan anak yang bandel dan tidak suka mendengar perkataan orang tua. Kedua orangtua kami sudah sering sekali melarang kami untuk mandi laut. Para tetangga lainnya juga melarang kami mandi laut. 

Hingga pada suatu hari kami mandi laut. Pada saat ini hampir magrib, banyak orang yang sudah menyuruh kami pulang. Bukannya langsung pulang, kami malah meledek mereka yang sudah mau perhatian dengan keselamatan kami. 

Hingga akhirnya air yang tadinya masih dangkal, ketika kami mau pulang kami terjebak di paluh laut yang sangat dalam. Memang begitu ketika semakin jauh semakin dalam paluh lautnya. Saya sebagai ketua gang, yang paling bandel diantara semuanya hampir terbawa arus. 

Sudah tidak bisa berenang, cuma bisa meloncat-loncat sambil terminum air asin yang sangat banyak. Para tetangga yang melihat kami muntah-muntah cuma bisa meledek kami karena tidak mau pernah dengar perkataan orang tua. 



Kedua 10 tahun - 20 tahun
Di usia ini kami tidak lagi tinggal di pinggir pantai. Bapak mencari rumah yang lebib baik lagi. Disini teman-teman sudah berbeda. Tidak banyak yang berkesan bersama teman-teman sekitar rumah. Selain memang tidak banyak tetangga disekitar rumah saya. Disini saya lebih banyak berkesan bersama teman-teman disekolah. Diusia ini saya mulai mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

Dikelas satu SMP saya sudah tergabung di kegiatan keagamaan Rohani Islam (ROHIS). Banyak pelajaran yang saya dapat dengan bergabung di ROHIS selain mendapatkan pemahaman agama, saya juga banyak kenal kakak kelas dan para mentor abang-abang mahasiswa yang mengajarkan kami di ROHIS. 

Selain ROHIS kami juga mulai ikut les bahasa inggris dari satu tempat ke tempat lainnya. Disini juga saya banyak teman-teman diluar sekolah. Saya juga ikut kursus komputer, pasantren kilat, Remaja Mesjid dan banyak sekali kegiatan positif yang saya ikuti di usia ini. Saya juga sudah suka ke perpustakaan untuk membaca buku dengan berbagai genre pada usia ini. 
Saya bersyukur diusia ini saya mulai menguatkan kepribadian dengan berbagai sumber. 

Diusia ini juga saya pernah memberikan ceramah umum Kuliah Lima Menit (KULTUM) di depan khalayak ramai. Saya berdiri dan berbicara dengan penuh semangat, mengajak teman-teman lainnya untuk belajar dan menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negeri ini tanpa grogi sedikit pun. Walau rahasianya pada saat itu saya melepaskan kacamata saya. 

Karena bagi saya kita grogi dan lepas kendali ketika kita menatap mata para audiens. Apalagi ada audiens yang berusaha untuk menjatuhkan mental kita dengan cara pandangnya yang meremehkan. Kalau dimasa usia 0-10 tahun adalah hari-hari yang penuh permainan, diusia ini hari-hari saya penuh dengan pelajaran. 

Ketiga 20 tahun - 30 tahun
Memasuki usia ini saya berkempatan untuk merantau ke Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh. Jauh dengan keluarga tinggal di kosan merupakan pengalaman yang menarik buat saya pribadi. Diusia ini merupakan golden age bagi saya pribadi. Karena usia ini banyak lika liku kehidupan. Masa dimana saya tumbuh sebagai perempuan dewasa yang sudah dapat merasakan romansa, pendidikan tinggi, pekerjaan dan puncak kebahagiaan yang ditutup dengan pernikahan yang akhirnya saya dapatkan. 

Sebagai seorang perempuan normal pasti pernah merasakan rasa tertarik pada lawan jenis. Dan disaat usia ini saya pun merasakan hal yang sama dengan perempuan lainnya. Namun, ada satu pesan yang saya pegang. Jangan pacaran kalau siap menikah katakan dengan kakak biar kakak carikan, begitu pesan kakak Mentoring di Rohis dahulu. Sehingga setiap ada orang yang suka dengan saya pasti saya minta kalau langsung menikah. 

Dan rata-rata semua tidak ada yang bersedia karena berbagai alasan, diantaranya belum siap karena belum ada pekerjaan. 
Pasti dalam hidup manusia ada skala prioritas. Dan saya pun di usia ini telah memiki prioritas ini. Walau saya tidak pernah menafikan perasaan yang ada dalam hati, namun saya tidak mau terjebak sebagai budak cinta (bucin). Saya ingin lebih banyak belajar dan bekerja yang jelas jumlah nominalnya, daripada terjebak dalam aktifitas pacaran yang tak berfaedah. 

Selain banyak pelajaran, kuliah, pelatihan, workshop, seminar Dan kursus yang saya terima. Pengalaman bekerja dalam berbagai bilang juga saya dapatkan di range usia ini. Pertama Kali saya mendapatkqn gaji Di tahun 2004 semester ketika sebagainya Austen komputer di kampus MIPA untuk siswa SMU. 

Sewaktu saya mendapatkqn amplop pertama dan says buka saya Melihat ada uang Dengan nominal 300 ribu rupiah. Saya Sangat senang sekali karena jumlahnya uang yang saya terima dari orang tua juga Sama 300 ribu rupiah. Bahagia sekali mendapatkan Ang jajan tambahan dari pekerjaan yang Sangat saya minati. 

Saya ingat sekali Waktu kelas dua SMU saya membujuk bapak untuk mengizinkan saya ikut kursus komputer, namun bapak mensyaratkan biayanya dibagi dua. Biaya kursusnya sebesar 400 ribu rupiah, jadi saya harus membayar 200 ribu dan sisanya bapak yang bayar. Karena saya sangat antusias saya pun menerima syarat yang bapak berikan. Saya berhemat dengan uang jajan yang diberikan bapak secara harian pada saya.

Selain kursus komputer paket Microsoft office, saya ikut kursus komputer mengetik 10 jari. Biaya yang saya keluarkan sebesar 100 ribu rupiah. Saya tidak memiliki komputer sewaktu SMU tapi saya sudah sering Mengajar komputer buat teman-teman SMU saya. Saya juga sering menginap di rumah tante yang kebetulan nenek juga tinggal di rumah tante. Setiap sabtu pulang sekolah saya pergi ke rumah tante, dan minggu sore saya pulang ke rumah lagi. 

Setelah pekerjaan pertama saya dikampus mulai saat itu saya diminta untuk mengajar di Yayasan Majid Ibrahim sebagai instruktur komputer. Selain mengajar diluar kampus saya juga bekerja di kampus dengan dosen sebagai operator GIS. Dari sini saya mulai kenal dengan banyak NGO. Pertama saya bekerja di US aid, setelah itu mercy corp sebagai relawan untuk mendapatkan quisioner. 

Dan setelah bekerja sebagai relawan saya di kotrak melalui dosen saya untuk bekerja di JICA dengan gaji yang sangat besar buat seorang mahasiswa sebesar tiga juta rupiah pada tahun 2005. Setelah bekerja beberapa bulan di JICA saya disuruh masukkan lagi lamaran ke GTZ oleh dosen saya, Alhamdulillah saya bekerja lagi disana secara part time dengan gaji dua juta setengah juta. Nah, ketika bekerja di GTZ saya mulai dikontak kembali dengan kawan-kawan aktifis HMI untuk ikut beberapa acara. 

Saat saya berada di depan Meja Komputer mengerjakan pekerjaan GIS dikantor GTZ saya melihat foto-foto kawan-kawan di HMI melalui HP. Saya merasa seperti budak uang, masa mahasiswa yang harusnya saya gunakan untuk banyak belajar baik di kampus maupun di organisasi saya habiskan untuk bekerja untuk mendapatkan uang. Mulai saat ini saya resign dari GTZ dan kembali ke kampus dengan berbagai aktivitas baik dalam maupun diluar kampus. 

2007 Saya mulai aktif di Himpunan, saya mencalonkan diri sebagai ketua Himpunan. Namun sayang saya tidak terpilih. Lalu, di HMI saya dicalonkan sebagai ketua komisariat MIPA dan Alhamdulillah saya terpilih karena tidak banyak kandidatnya. Disini saya banyak sekali membuat berbagai kegiatan, saya sangat sibuk. Bahkan tidak jarang saya absen untuk beberapa matakuliah. 

Selain dj HMI saya juga aktif ikut berbagai kegiatan LSM, banyak sekali pelatihan, workshop dan seminar yang saya ikuti sewaktu di LSM. Saya juga sempat mewakili LSM Yayasan Insan Madani untuk ke Jakarta dan Bandung mengikuti workshop Jurnalisme Perempuan. Disana saya mulai kenal dengan media Blog, dan video editor (Ulead 9.0). Hari-hari saya full dengan berbagai kegiatan. 

2008 saya mencalonkan lagi sebgai ketua HMI Cabang Banda Aceh, namun tidak terpilih. Karena kultur di Aceh masib tidak siap untuk kepemimpinan seorang perempuan ketika masih ada laki-laki. Dan saya pun di calonkan sebagai Ketua Kohati HMI Cabang Banda Aceh. Nah, disini kegiatan saya semakin full. Namun, ditengah-tengah keaktifan saya di HMI dan disaat yang sama saya harus segera menyelesaikan skripsi saya jatuh sakit yang mengharuskan saya balik kampung ke Lhokseumawe. 

Di Lhokseumawe bukannya saya istirahat saya malah bekerja di apotik Kimia Farma Rumah Sakit PT. Arun. Disana saya berkontemplasi sambil mengerjakan tugas sebagai entri data. 
Namun, lagi-lagi panggilan HMI kembali mengusik pekerjaan saya. Karena saat ini saya masih sah menjabat sebagai ketua Kohati Banda Aceh saya mendapatkan undangan untuk mengikuti Kongres di Palembang selama satu minggu. 

Saya pun mengambil cuti dan berangkat ke Palembang dengan transit di Jakarta melalui Medan seorang diri. Memang ini bukan perjalanan saya yang pertama dengan pesawat terbang. Karena 2007 saya sempat ke Jakarta dengan rombongan teman-teman LSM. 

Pulang dari Palembang saya pun kembali resign dari Apotik Kimia Farma dengan alasan ingin fokus mengerjakan skripsi. Alhamdulillah november 2008 saya pun berhasil mengerjakan skripsi walau dengan nilai yang tidak membanggakan seperti kakak kandung saya. Itupun setelah saya dipanggil oleh dosen saya untuk saya segera menyelesaikan kegiatan perkuliahan. Dosen saya melihat saya tidak fokus lagi dikampus, terlalu banyak kegiatan saya diluar kampus. 

Selesai wisuda S1 saya pun langsung mendaftarkan diri di pasca sarjana administrasi pendidikan. Alasan saya lanjut di Administrasi adalah saya ingin kembali pada cita-cita saya sebagai Mentri Pendidikan yang telah saya declere sejak kelas dua SMU di depan Guru dan teman-teman satu kelas pada saat itu. Setelah mendaftar sebagai mahasiswa pasca sarjana saya melamar jadi dosen Universitas Serambi Mekkah di kota Banda Aceh dari rekomendasi Andika adik leting saya di MIPA yang juga anggota HMI. 

Setelah menjadi dosen disana saya melihat pasca sarjana di Administrasi Pendidikan tidak linier jika saya mau menjadi dosen tetap di Serambi mekkah jurusan teknik informatika. 

Sayapun keluar dan mencoba mengurus administrasi untuk mendapatkan beasiswa untuk kuliah ke jogyakarta di jurusan  teknik informatika. Selain bekerja sebagai dosen saya juga bekerja di KMR sebagai GIS operator untuk pemetaan wilayah yang ada di provinsi Aceh. Dalam kesempatan ini saya sempat keliling Aceh yaitu Kota Langsa, Tamiang, Singkil dan kabupaten lainnya. Nah, ketika saat bekerja disinilah saya memutuskan untuk menikah. Dan calon suami saya pada saat itulah langsung melarang saya bekerja. Hingga saat ini setelah menjadi suami saya tidak diberikan izin bekerja. 

Keempat 30 tahun - 40 tahun
Usia 29 tahun saya menikah dan 30 tahun saya Alhamdulillah melahirkan anak pertama. Disinilah pengalaman bisnis saya kembali dimulai. Awalnya saya sempat stress karena hanya di rumah saja. Untuk menghilangkan stress pada saat itu yang saya lakukan adalah menulis di buku, saya selalu mencari pulpen untuk terus menulis dan menulis. Menulis apapun yang saya ada dalam pikiran saya. Itulah cara saya untuk menghilangkan kebosanan dan stress selama dirumah. 

Tentu teman-teman bingung kenapa saya stress berada dirumah?. Boleh ditamya dengan adik-adik saya saya sangat jarang berada di rumah atau kosan. Aktifitas saya yang super padat sebelum menikah dan langsung duduk dirumah tanpa kegiatan lain selain pekerjaan domestik membuat saya terkejut dan gamang dalam menjalani perubahan yang sangat signifikan tersebut. Setelah menulis, dan membaca buku, majalah, tabloid saya mendapatkan ide untuk memberanikan diri untuk mulai action. 

Mulailah saya menitipkan aneka jajanan pasar di warung sarapan depan rumah. Hingga saat ini saya punya usaha home bakery dan kursus baking. 
Seperti pepatah katakan,  ketika murid siap guru akan hadir. Dan hal itulah yang saya rasakan saat ini ketika saya mendapat kesempatan untuk bergabung di WUBI. Saya bertekad untuk memaksimalkan proses pembelajaran yang ada di WUBI. Dan saya dapat berkontribusi untuk generasi WUBI selanjutnya. Mengekplore kemampuan saat baik dengan cara membagikan ilmu yang telah kita dapatkan. 

Ibarat air yang mengalir dan air yang diselokan. Air yang mengalir akan terus jernih karena adanya proses pergantian antara yang lama dan yang baru. Sehingga air akan terus fresh. Sedangkan air di sekokan atau genangan air jangankan terganti dengan yang baru bahkan air yang adapun akan menjadi kering dan hilang tanpa bekas kalau tidak bau dan menimbulkan penyakit. 

Passion saya sebenarnya adalah memotivasi orang lain menjadi sukses. Saya suka membakar semangat dan menggerakkan willingness orang lain agar dapat melampaui kemampuan saat itu. Karena saya melihat banyak orang yang belum memaksimalkan kemampuannya bisa jadi mereka tidak mengetahui potensinya atau mereka tidak mengetahui cara atau jalan untuk mencapai jalan sukses itu. 

Semoga ada jalan bagi saya untuk menjadi motivator yang dapat mengubah wajah Indonesia menjadi wajah yang positif, semangat dan kembali ke Tuhan tempat muara segala kekuatan dan kebesaran yang kadang banyak orang yang tidak menyadarinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar